[HelloSkripsi 1]
Waktu Duha kemarin Senin beberapa sms di inbox hp udah antri buat dibaca. Secepat kilat baca sms pertama, ternyata berita duka datang dari seorang teman. Seketika juga mata mengerut, karena potongan sms yang saya baca mengabarkan kalau mbak Berlian telah berpulang. Yang bener nih ? Lalu saya baca ulang jarkom dari awal, Ya Rabb, ceroboh memang! yang meninggal bukan Mbak Berlian melainkan ayahnya. Akhirnya teman sekelas ramai mempersiapkan layat ke Kudus Senin kemarin.
Waktu Duha kemarin Senin beberapa sms di inbox hp udah antri buat dibaca. Secepat kilat baca sms pertama, ternyata berita duka datang dari seorang teman. Seketika juga mata mengerut, karena potongan sms yang saya baca mengabarkan kalau mbak Berlian telah berpulang. Yang bener nih ? Lalu saya baca ulang jarkom dari awal, Ya Rabb, ceroboh memang! yang meninggal bukan Mbak Berlian melainkan ayahnya. Akhirnya teman sekelas ramai mempersiapkan layat ke Kudus Senin kemarin.
Masih di hari yang sama. Beralih ke sms lain datang dari
Komting. Siang itu juga kami harus mengumpulkan tugas seminar, membuat catatan
praproposal. Hari Senin yang saya kira sebagai hari penuh ketenangan berubah
360 derajat. Semua masalah serasa menumpuk di batok kepala. Saya mematung. "Emang
ada tugas ya ?" Dengan polosnya batin saya bertanya. Panas kemarin sempurna sudah menjadikan tubuh
mendidih. Memikirkan persiapan layat dan tugas seminar yang 100 % belum
tersentuh. Namun angin segar seketika datang sebelum mobil melaju ke rumah
Mbak Berlian, Kudus. Sekejap angin segar berhembus menjadikan badan terasa ringan setelah urusan sewa mobil dan tugas
seminar tuntas. Iya Tuntas, karena kami sekelas sepakat untuk mengumpulkan
tugas esok hari saja. Rasanya lega masih ada waktu untuk menunaikan tugas *calon
skripsiku kelak.
Keesokan paginya renacana kemarin tuk menyusun tugas seminar
gagal total. Badan yang menanggung beban lelah meminta waktu lebih untuk tidur [bagun kesiangan]. Parahnya lagi si
komting sudah berdiri di depan rumah,
siap menagih tugas. Jam menunjukkan pukul 7.55 dan 40 menit lagi tugas harus
sudah terkumpul di kampus. Lha ini saya malah santai kaya di pantai. Saya persilakan
komting duduk di ruang tamu dan menunggu
kertas di hadapan saya terisi, minimal terisi judul, latar belakang dan tujuan,
itu aja. Benar adanya, mengerjakan sesuatu diwaktu singkat memang nggak
masksimal tapi dilain sisi waktu yang pendek itu cukup menggertak untuk memulai
pekerjaan. Dalam hitungan sepuluh menit judul yang masih bertebaran tetiba
mengerucut menjadi dua judul. Alhasil satu tugas sederhana tersaji di kertas. Alhamdulillaah, senyum lega deh. ^__^
Inikah rasanya mahasiswa tingkat akhir ?
Dan untuk saat ini saya berada di antara dua pilihan. Dua buah judul yang mampu menyita pikiran saya dari urusan lain. Yang mampu mengkhusukkan diri ini, menerjemahkan masalah menjadi bahan penelitian, saat menyetrika baju. Pilihan judul pertama, yang saya pikir lebih sederhana, lebih nyata terlihat permasalahannya dan insyallaah ada manfaat bagi instansi tempat penelitian berada namun belum tersampaikan ke dosen. Lalu judul kedua, sebuah tema yang gw banget, muncul dari masalah kecil yang bikin geregetan, tapi ternyata cukup rumit untuk dilakukan dan sudah tersaji di seminar pertama. Sungguh. Masalah judul nggak untuk main-main.Krena judul adalah langkah pertama untuk menuju gerbang skripsi.
Dan untuk saat ini saya berada di antara dua pilihan. Dua buah judul yang mampu menyita pikiran saya dari urusan lain. Yang mampu mengkhusukkan diri ini, menerjemahkan masalah menjadi bahan penelitian, saat menyetrika baju. Pilihan judul pertama, yang saya pikir lebih sederhana, lebih nyata terlihat permasalahannya dan insyallaah ada manfaat bagi instansi tempat penelitian berada namun belum tersampaikan ke dosen. Lalu judul kedua, sebuah tema yang gw banget, muncul dari masalah kecil yang bikin geregetan, tapi ternyata cukup rumit untuk dilakukan dan sudah tersaji di seminar pertama. Sungguh. Masalah judul nggak untuk main-main.Krena judul adalah langkah pertama untuk menuju gerbang skripsi.
Pagi ini, saat saya menumphkan segelas kegelisahan ini, saya
mencoba mengendorkan pikiran. Tak ingin perkara judul menjadi satu beban
kehidupan, yang bisa melalaikan amanah lain.
Tetap jalani semua ini
dengan penuh kesungguhan, dengan irama
yang anggun…