Senin, 23 Juni 2014

Kutipan Semangat

"We need to learn much things which we did'nt get in the college. ngahagahaha" (Maul)
 
"Skripsi itu tugas individu. Tapi dibelakang layar tentu saja bisa digarap bareng2. Saling diskusi saat merancang metode, pengumpulan data dilapangan, sharing hasil analisa dll, tapi penulisan tetap sendiri2 krn ini merupakan tugas individu itu tad." (Pak Heri)

"Semua orang punya cobaan skripsinya masing-masing." (pipi)

"Aku ngerti banget itu; ketika suatu kebuntuan bikin kita jadi males ngelanjutin. Tapi kalo dinding itu nggak didobrak seperti yang kamu lakukan, ya kita bakal stuck selamanya. :)
Semangat Nuru, selesaikan apa yang telah kamu mulai :D " (pipi)

"pengennya sih iri, tp aku nggak mau iri ah." (maul)

"yup, mahasiswa tingkat akhir memang dituntut mandiri namun bukan berarti ia sendiri."

Rabu, 18 Juni 2014

Blogging


Allah, dengan namaMu aku mulai mecairkan apa-apa yang membeku, di hati ini, di raga ini..

Rasanya seperti habis terbangun dari tidur panjang, dua setengah bulan. Dan aku bersyukur, hampir dua minggu ini, percik-percik api semangat mulai menyala. Dengan segala upaya, aku mencoba sedikit demi sedikit membangun tenaga pembangkit untuk tugas akhirku sebagai mahasiswa. Selama tidur panjangku kemarin, ada sebuah keanehan yang selalu menggantung di atap hari-hariku. Mengapa aku berbeda, berbeda dari mereka yang selalu bisa membangkitkan diri untuk bergegas merampungkan tugas akhir ? Sedangkan aku, baru empat belas hari ini mulai mendobrak pagi, siang, dan malam untuk bergegas belajar, menyusun balok-balok mencapai puncak kelulusan.

Beginilah rasanya menjadi mahasiswa tingkat akhir. Mereka dituntut untuk mandiri namun tak berarti sendiri.. Mulai dari memunculkan tema tugas akhir, memunculkan ide tulisan, mencari refrensi di penjuru rak-rak perpustakaan, hingga saatnya menempuh ujian untuk, memrtangungjawaban karya yang telah dibuat.

Waktu itu sempat mogok di bab satu, karena di depan aku melihat jalan buntu. Ada satu materi yang rasanya bikin mati skak. Secepat itu rasanya ingin banting stir, mengganti tema tugas akhir. Namun setelah mencoba mendekati jalan buntu, ternyata jalan itu hanya sebuah fatamorgana. Alias pura-pura, tak nyata. Aku lupa, ada pepatah "Banyak jalan menuju Roma, "Setiap masalah pasti ada jalan keluar". Kata Sherina, "Lihat segalanya lebih dekat dan kau akan mengerti". Bahkan aku lupa dengan janjiNya, "karena setelah kesulitan pasti ada kemudahan", "dan setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan". Maka dengan sedikit kesadaran itu, perlahan aku mulai mengerjakan kembali. Memahami atas apa yang ingin aku pelajari dan membaca buku-buku yang bisa menghantarkan diri pada titik kepastian, yaitu PAHAM. 

Mengenai bab satu, bab ini bagikan pondasi sebuah bangunan. Sebuah rumah bisa di model apa saja aslakan mempunyai dasar yang kokoh . Inilah, sumber kekuatan sebuah penelitian ada di sini.

Satu hikmah yang bisa aku petik dari rentang waktu mengerjakan bab satu ini adalah, mahasiswa akhir kudu lebih memanjangkan waktu untuk berdua, dekat dengan Allah.. 
Karena mengingatNya kita akan tenang.
Dia yang akan memberi pemahaman, 
Dia yang akan memberi petunjuk, 
Dia yang akan memberi ilmu,
Dia yang akan memberi jalan
Dia adalah pemberi keputusan

Senin, 02 Juni 2014

Cerita di atas Air

http://jejak-bocahilang.com/2012/11/07/pantai-exotic-yogyakarta-pantai-kukup/
Pantai Kukup, Yogyakarta

Berjalan, berlarian, menari, menyusuri tepian pantai. Tak hiraukan terik di bumi khatulistiwa. Abaikan pula kawanan batu-batu kerikil yang siap menorehkan anak-anak luka. Karena tunggulah, sebuah karya indah akan tercipta, antara pasir dan air, disitulah akan terukir pijakan-pijakan kenangan, dari kaki berdua.

Namun sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh. Manusia juga. Sepandai-pandainya manusia berlarian di pantai, nantinya akan terjerembab pula, yang akan menggoreskan garis-garis merah atau apalah namanya.

Dan garis-garis merah itu masih menghiasi, hingga detik ini, saat mata berusaha keras untuk menutup malam. Pada garis pertama tertuliskan, Mengapa karang-karang rindu masih saja tegak berdiri, menghiasi bibir pantai ini, yaitu pantai hati. Pada garis kedua tertuliskan, Mengapa gemuruh angin rasa masih juga kuat berhembus di tepian pantai ini, yaitu pantai hati. Dan pada garis ketiga tertuliskan. Bahkan, mengapa percik-percik rasa masih sesekali duakali menerjang tebing pantai ini, yaitu pantai hati. Adakah daya kuat untuk sekedar membingkai kenangan-kenangan. Atau, adakah daya kuat yang siap untuk melarung kenangan-kenangan ke samudera raya. 

Garis-garis melukis tanya. Dan deret-deret tanya hanya mampu kugenggam dan kubawa saat berdoa. Kemudian kupasrhkan kepadaNya, ujung akhir dari semua.