Selasa, 27 Agustus 2013

Salam untuk Fajar

diambil dari google images
Singkat cerita, separuh pagi dalam tiga hari ini aku tak bisa mengahbiskan waktu untuk bermimpi nyayak. Berharap bisa bertemu Nambe yang entah sedang mengendarai keretanya dari mana ke mana. Atau mengulang sedetik saja anggunnya pertemuan pertama di depan loket stasiun siang itu. Ingat, ini cuma bermimpi. 

Singkat cerita, saat kedua bola mata ini masih menyala terang, aku selalu teringat saat aku pernah bisa menyukuri nikmat kantuk. Selembut rasa yang ditupkan ke kedua bola mata, lalu raga ini bisa sejenak melepas lelah atau bisa merasakan asyiknya  menjadi aktris dalam drama mimpi yang disutradaraiNya. 

Singkat cerita, aku yang sedang gundah gulana ini kian terkapar, kala malam bergaun hitam indah tak mampu merayuku jatuh ke ranjang beraroma pagi segar.

Singkat cerita, akhirnya aku baik-baik meminta kepada Allah tuk merapatkan kedua jendela mataku hingga aku bisa memluk malam. Lalu aku bisa bersahabat dengan pagi, memberikan salam rindu untuk sang fajar, bersimpuh  mensyukuri indahnya memulai hari kehidupan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar