Selasa, 01 April 2014

Pagi di Kedai Kopi

Selamat datang matahari. Selamat menghangatkan jiwa-jiwa yang sedang merapikan rumbai-rumbai gordin jendela kamar. Selamat menyinari jiwa-jiwa yang jendela hatinya senantiasa terbuka untuk menuangkan tetes demi tetes kasih sayang.

Pagi ini garis horizon matahari masih satu senti. Aku minggat dari keranjang kasur dan sepagi ini aku  menapaki kulit ari bumi menuju kedai kopi. Hawa dingin mampu kulewati. Dan di depan pintu kedai aku mulai bisa mencium wangi ruangan bertabur aroma kopi. Inilah hiburanku pagi ini.

Aku lirik halaman di depan, di luar embun-embun masih menggoda rumpu-rumput hijau. Di atas meja nomor satu segera kusandingkan teko, cangkir, sendok, dan tangan kananku. Lalu perlahan kutuang kopi, mengisi kekosongan ruang, segaris dengan lingkar kepala cangkir.

Maka lihatlah apa yang ada di hadapanku. Kopi tersaji manis dan siap disedu. Darinya aku melihat ada keserasian dan keromantisan. Dua buah keindahan yang bisa dilihat oleh siapa saja yang menikmatinya dengan kedua mata dan hatinya.


Suatu hari ketika hati menikmati pesona kembang api
Dor berkali-kali
Seketika itu pun bunga-bunga api di atap langit menghilang menjadi hitam kembali
ditulis 25 Maret 2014 pukul 2:15 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar