Rabu, 19 Agustus 2015

BUKAN sebuah kegalauan



Menunggu Ashar, ditemani riuh anak-anak di luar  dan sinar matahari yang meyusup di ruangan ini.
Sebagi pembuka.. ada ungkapan yang masih melekat di kepala bacaan Genap semalam. Time change, life change, people change.

Ada pemandangan manis yang terlihat ketika jam berangkat dan pulang sekolah. Waktu di mana guru putri diantar dan dijemput. Hanya bisa tertawa kecil. Memaknainya dengan rasa syukur dan hikmah. Enak ya dengan mereka yang sudah memiliki pasangan. Ngerasa enak.. karena ada yang menjaga. Tentunya bakal ngerasa aman.

Tapi nyatanya, apa yang saya lihat hanya fatamorgana. Nyatanya pernikahan itu lebih berat dibanding dengan pemandangan manis yang saya lihat beberapa hari ini tiap pagi dan sore. Tentang bagaimana berkomunikasi dengan pasangan, tentang bagaimana menyelarskan pandangan hidup, tentang bagaimana istri patuh pada suami, tentang bagaimana istri tidak menjadi fitnah ketika ia kerja di luar..  

Sekejap persepsi ini tentang pemandangan itu jadi kabur. Kebahagian dalam pernikahan terasa hanya satu jam ketika menjadi raja dan ratu, selebihnya adalah pengorbanan.


2 komentar:

  1. Sudut pandang yang bagus. :D

    Selain meningkatkan kualitas diri, mematangkan mental juga perlu sebelum mantap melangkah ke jenjang itu~

    BalasHapus
  2. menyiapkan mental biar nggak mental ya pip ^^6

    BalasHapus